Minggu, 02 Februari 2014
thoharoh
Kitab Bersuci
Hukum Air
Air yang boleh dipergunakan untuk bersuci ada 7 macam yaitu air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air dari mata air, air salju, dan air dingin (es / embun). Air itu ada empat jenis:
Air suci dan mensucikan
Air Makruh, yaitu air yang dijemur di bawah terik matahari
Air suci tetapi tidak mensucikan, yaitu air yang telah dipergunakan (air musta’mal) dan berubah (air mutaghayyar) setelah bercampur dengan sesuatu yang suci
Air najis, yaitu air yang terkena benda najis dan kurang dari dua qulah atau lebih dari dua qulah akan tetapi air nya berubah. Dua qulah itu setara dengan 500 rithl Baghdad menurut pendapat yang paling shahih.
Hukum Kulit Bangkai dan Penggunaan Emas dan Perak
Kulit bangkai itu dapat disucikan dengan disamak kecuali kulit anjing dan babi serta yang dilahirkan dari keduanya atau salah satunya. Tulang dan rambut bangkai itu najis kecuali tulang dan rambut manusia. Tidak diperbolehkan menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak dan diperbolehkan menggunakan bejana yang terbuat dari selain keduanya.
Hukum Bersiwak
Bersiwak itu disunnahkan dalam setiap keadaan kecuali setelah tergelincirnya matahari bagi orang-orang yang berpuasa. Bersiwak itu sangat dianjurkan pada tiga keadaan: ketika terjadi bau mulut, bangun dari tidur, dan ketika hendak shalat.
Kewajiban dalam Berwudhu
Kewajiban (fardhu) dalam berwudhu itu ada 6: Berniat ketika membasuh wajah, membasuh wajah, membasuh kedua tangan sampai sikut, menyapu sebagian kepala, membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan berurutan.
Sunnah-sunnah dalam Berwudhu
Sunnah-sunnah dalam berwudhu ada 10: membaca basmalah, membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam kolam wudhu, berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung (istinsyaq), menyapu semua bagian kepala, menyapu kedua telinga bagian luar dan dalam dengan air yang baru, menyela-nyela jenggot yang lebat, menyela sela-sela jari tangan dan kaki, mendahulukan yang kanan atas yang kiri, melakukan tiap gerakan tiga kali, dan berturut-turut (tanpa jeda).
Hukum Beristinja (Membersihkan Hadats Kecil)
Beristinja dari buang air kecil dan besar adalah wajib. Beristinja dengan batu terlebih dahulu kemudian dengan air adalah yang paling utama. Seseorang boleh mencukupkan diri beristinja dengan menggunakan air saja atau dengan tiga buah batu yang dapat membersihkan tempat yang najis. Jika ia hanya ingin menggunakan salah satu nya, maka menggunakan air itu lebih utama. Hendaknya ia tidak menghadap kiblat atau membelakanginya jika ia ada di padang pasir (tanpa dinding) dan menghindari buang air kecil dan air besar di air yang tenang (tidak mengalir), di bawah pohon yang berbuah, di jalan, di tempat berteduh, dan di lubang. Hendaknya ia juga tidak berbicara selagi buang air kecil, tidak pula menghadap matahari dan bulan atau membelakanginya.
Hal yang Membatalkan Wudhu
Perkara yang membatalkan wudhu itu ada enam:
Keluar sesuatu dari dua jalan (qubul dan dubur)
Tidur dengan posisi yang tidak tegak
Hilangnya akal karena mabuk atau sakit
Bersentuhan dengan lawan jenis tanpa penghalang
Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan
Menyentuh bundaran dubur – menurut pendapat terbaru (qaul jadid)
Hal yang Mewajibkan Mandi
Perkara yang mewajibkan mandi itu ada tiga. Hal ini berlaku baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Bertemunya dua kelamin
Keluar air mani
Kematian (mayyit)
Adapun yang dikhususkan untuk para wanita ada tiga:
Haidh
Nifas
Melahirkan
Rukun Mandi Wajib
Kewajiban (fardhu) dalam mandi wajib ada tiga:
Niat
Menghilangkan najis yang menempel di badan
Mengalirkan air ke seluruh rambut dan kulit (seluruh tubuh)
Sunnah-sunnah dalam Mandi Wajib
Sunnah-sunnah dalam mandi wajib ada lima:
Membaca basmalah
Berwudhu sebelum mandi
Menggosok / membasuh tubuh dengan tangan
Berturut-turut (tanpa jeda)
Mendahulukan anggota tubuh yang kanan
Mandi-mandi yang Disunnahkan
Mandi sunnah itu ada tujuh belas yaitu pada hari juma’t, Pada dua hari raya, Pada shalat istisqa, Pada Shalat Khusuf, Pada Shalat kusuf, Orang yang memandikan mayyit, Orang kafir yang masuk islam, Orang gila yang kembali normal, Orang pingsan setelah sadar, Orang yang berihram, Orang yang memasuki mekkah, Orang yang wukuf di arafah, Orang yang bermalam di Muzdalifah, Orang yang melontarkan jumrah yang tiga, dan Orang yang berthawaf, Orang yang melakukan sa'i, Orang yang memasuki Madinah.
Hukum Mengusap Khuf (sepatu)
Mengusap khuf (sepatu) diperbolehkan dengan tiga syarat:
Memakai khuf dalam keadaan suci
Kedua Khuf nya menutupi seluruh bagian kaki yang wajib dibasuh
Kedua khuf nya dipakai untuk berjalan secara terus menerus
Orang yang muqim diperbolehkan mengusap khuf nya dalam rentang waktu sehari semalam sedangkan musafir tiga hari,tiga malam. Masa nya dihitung mulai dari saat ia berhadats setelah memakai khuf nya. Jika seseorang mengusap khuf nya dalam keadaan muqim kemudian safar atau mengusap dalam keadaan safar kemudian bermuqim maka ia menyempurnakan waktu usapan orang yang muqim. Perkara yang membatalkan usapan khuf ada tiga:
Melepaskan khuf
Masa nya sudah habis
Semua hal yang mewajibkan mandi
Syarat-syarat Tayammum
Syarat tayammum ada lima:
Ada udzur safar atau sakit
Masuk waktu shalat
Sudah berusaha mencari air
Mendapat udzur karena dalam keadaan kesulitan air
Menggunakan debu suci yang tidak bercampur zat lain. Jika bercampur dengan kapur atau pasir,maka tidak boleh
Kewajiban dan Sunnah dalam bertayammum
Kewajiban (fardhu) dalam bertayammum ada empat:
Niat
Menyapu wajah
Menyapu kedua tangan sampai sikut
Tertib (berurutan)
Sunnah-sunnah dalam bertayammum ada tiga:
Membaca basmalah
Mendahulukan anggota tubuh bagian kanan
Terus-menerus (tanpa jeda)
Pembatal Tayammum
Pembatal tayammum itu ada tiga:
Semua pembatal wudhu
Melihat air di luar waktu shalat
Murtad
Orang yang bagian tubuhnya diperban, maka ia melakukan sapuan di atas perban nya kemudian ia bertayammum dan shalat. Ia tidak diharuskan mengulangi shalatnya jika ia meletakkan perbannya di atas yang suci. Seseorang harus memperbaharui tayammum setiap kali ingin shalat fardhu akan tetapi ia cukup sekali tayammum untuk shalat-shalat sunnah.
Pembahasan Najis
Semua zat yang keluar dari dua jalan (qubul dan dubur) itu najis kecuali air mani. Hukum mencuci air kencing dan kotoran (tahi) adalah wajib kecuali kencing bayi laki-laki yang belum makan makanan (selain asi), cara mensucikannya cukup dengan dipercikkan air di atas nya. Semua najis tidak dimaafkan hukumnya kecuali darah yang sangat sedikit dan hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir. Jika hewan ini jatuh ke dalam bejana dan mati, maka ia tidak membuatnya najis. Semua hewan itu suci kecuali anjing dan babi dan keturunan dari keduanya atau salah satunya. Semua bangkai itu najis kecuali bangkai ikan, belalang, dan manusia. Bejana yang dijilat anjing dan babi harus dicuci dengan tujuh basuhan, salah satu basuhan nya dengan tanah. Adapun najis selainnya cukup dengan sekali basuhan akan tetapi tiga basuhan lebih utama. Apabila khamr berubah menjadi zat lain dengan sendirinya, maka itu suci akan tetapi jika dicampurkan sesuatu, maka tetap najis.
Hukum Seputar Haidh dan Nifas
Darah yang keluar dari kemaluan wanita ada tiga macam:
Haidh
Nifas
Istihadhah
Haidh adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita dalam keadaan sehat (kebiasaan rutin) dan bukan karena melahirkan. Warnanya merah kehitaman dan berbau menyengat (khas). Nifas adalah darah yang keluar dengan sebab melahirkan. Istihadhah adalah darah yang keluar pada selain hari-hari (kebiasaan) haidh dan nifas. Waktu haidh yang paling cepat adalah sehari semalam, paling lama lima belas hari dan kebiasaan rata-rata para wanita itu enam atau tujuh hari. Waktu nifas yang paling cepat adalah sekejap(langsung berhenti segera setalhmelahirkan), paling lama enam puluh hari, dan kebiasaan rata-rata para wanita itu empat puluh hari. Waktu suci antara dua haidh paling cepat lima belas hari dan tidak ada batasan paling lamanya. Umur wanita mengalami haidh pertama paling cepat adalah Sembilan tahun. Masa kehamilan paling cepat adalah enam bulan,paling lama empat tahun, dan normal nya Sembilan bulan. Ada delapan perkara yang haram dilakukan oleh wanita yang haidh atau nifas:
Shalat
Puasa
Membaca Al Qur’an
Menyentuh dan membawa mushaf
Masuk masjid
Thawaf
Bersetubuh
Bercengkerama dengan suami pada daerah antara pusar dan lutut.
Larangan Untuk Orang yang Junub
Orang yang junub diharamkan melakukan lima perkara:
Shalat
Membaca Al Qur’an
Menyentuh dan membawa mushaf
Thawaf
Berdiam diri di dalam masjid
Larangan Bagi Orang yang Berhadats
Orang yang berhadats diharamkan melakukan tiga perkara:
Shalat
Thawaf
Menyentuh mushaf dan membawanya
kaidah-kaidah fiqih
Al Qawaidul Fiqhiyyah (kaidah-kaidah fiqih) adalah sebuah kitab yang berbentuk nadzham (syair) yang berisi tentang kaidah-kaidah dasar ilmu fiqih. Pengarang kitab nadzham ini adalah seorang ulama terkemuka, Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah As-Sa’diy, lahir pada tahun 1307 H di kota Unaizah, Qasim, wilayah Najd, Kerajaan Saudi Arabia. Syaikh As Sa’dy memiliki banyak karangan diantaranya Taisirul Karimil Mannan fi Tafsir Kalamil Rahman (Kemudahan dari Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi dalam Tafsir Kalam Ilahi), Al-Irsyad ilaa Ma’rifatil Ahkam (Petunjuk untuk memahami hukum-hukum), Ar - Riyadh an-Nadhirah (Taman-taman yang bercahaya), Bahjatu Qulubil Abrar (Kegembiraan hati orang-orang yang bertaqwa), Manhajus Salikin wa Taudhihul Fiqh Fid Diin (Pedoman orang yang beribadah dan pejelasan fiqh dalam agama), dan banyak lagi yang lain.
القواعد الفقهية
الحَمْدُ للهِ العَلِيِّ الأَرْفَقِ * وَجَامِعِ الأَشْيَاءِ وَ المُفَرِّقِ
ذِي النِِّعَمِ الوَاسِعَةِ الغَزِيْرَةْ * وَالحِكَمِ البَاهِرَةِ الكَثِيْرَةْ
ثُمَّ الصَّلاَةُ مَعْ سَلاَمٍ دَائِمِ * عَلَى الرَّسُوْلِ القُرَشِيِّ الخَاتَمِ
وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ الأَبْرَارِ * الحَائِزِيْ مَرَاتِبِ الفَخَارِ
اِعْلَمْ هُدِيْتَ أَنَّ أَفْضَلَ الْمِنَنْ * عِلْمٌ يُزِيْلُ الشَّكَّ عَنْكَ وَ الدَّرَنْ
وَيَكْشِفُ الْحَقَّ لِذِيْ الْقُلُوْبِ * وَيُوْصِلُ الْعَبْدَ إِلَى الْمَطْلُوْبِ
فَاحْرِصْ عَلَى فَهْمِكَ لِْلْقَوَاعِدِ * جَامِعَةِ الْمَسَائِلِ الشَّوَارِدِ
فَتَرْتَقِيْ فِي الْعِلْمِ خَيْرَ مُرْتَقَا * وَتَقْتَفِيْ سُبْلَ الَّذِيْ قَدْ وُفِقَا
وَهَذِهِ قَوَاعِدٌ نَظَمْتُهَا * مِنْ كُتْبِ أَهْلِ الْعِلْمِ قَدْ حَصَلْتُهَا
جَزَاهُمُ الْمَوْلَى عَظِيْمَ الاَجْرِ * وَالْعَفْوَ مَعْ غُفْرَانِهِ وَالْبِرِّ
النِّيَّة شَرْطٌ لِسَائِرِ الْعَمَلْ * بِهَا الصَّلاَحُ وَالفَسَادُ لِلْعَمَلْ
الدِّيْنُ مَبْنِيٌّ عَلَى الْمَصَالِحِ * فِيْ جَلْبِهَا وَالدَّرْءِ لِلْقَبَائِحِ
فَإِنْ تَزَاحَمْ عَدَدُ الْمَصَالِحِ * يُقَدَّمُ الأَعْلَى مِنَ الْمَصَالِحِ
وَضِدُّهُ تَزَاحُمُ الْمَفَاسِدِ * مُرْتَكَبُ الأَدْنَى مِنَ الْمَفَاسِدِ
وَمِنْ قَوَاعِدِ الشَّرِيْعَةِ التَّيْسِيْرُ * فِيْ كُلِّ أَمْرٍ نَابَهُ تَعْسِيْرُ
وَلَيْسَ وَاجِبٌ بِلاَ اقْتِدَارِ * وَلاَ مُحَرَّمٌ مَعَ اضْطِرَارِ
وَكُلُّ مَحْظُوْرٍ مَعَ الضَّرُوْرَةْ * بِقَدْرِ مَا تَحْتَاجُهُ الضَّرُوْرَةْ
وَتَرْجِعُ الأَحْكَامُ لِلْيَقِيْنِ * فَلاَ يُزِيْلُ الشَّكُّ لِلْيَقِيْنِ
وَالأَصْلُ فِيْ مِيَاهِنَا الطَّهَارَةْ * وَالأَرْضِ وَالثِّيَابِ وَالحِجَارَةْ
وَالأَصْلُ فِيْ الأَبْضَاعِ و اللُّحُوْمِ * وَالنَّفْسِ وَالأَمْوَالِ لِلْمَعْصُوْمِ
تَحْرِيْمُهَا حَتَّى يَجِيْئَ الْحِلُّ * فَافْهَمْ هَدَاكَ اللّهُ مَا يُمَلُّ
وَالأَصْلُ فِي عَادَتِنَا الإِبَاحَةْ * حَتَّى يَجِيْئَ صَارِفُ الإِبَاحَةْ
وَلَيْسَ مَشْرُوْعًا مِنَ الأُمُوْرِ * غَيْرَ الَّذِيْ فِيْ شَرْعِنَا مَذْكُوْرِ
وَسَائِلُ الأُمُوْرِ كَالْمَقَاصِدِ * واحْكُمْ بِهَذَا الْحُكْمِ للزَّوَائِدِ
وَالخَطَأْ وَالإِكْرَاهُ وَالنِّسْيَانُ * أَسْقَطَهُ مَعْبُوْدُنَا الرّحْمنُ
لَكِنْ مَعَ الإِتْلاَفِ يَثْبُتُ الْبَدَلْ * وَيَنْتَفِي التَّأْثِيْمُ عَنْهُ وَالزَّلَلْ
وَمِنْ مَسَائِلِ الأَحْكَامِ فِي التَّبَعْ * يَثْبُتُ لاَ إِذَا اسْتَقَلَّ فَوَقَعْ
وَالْعُرْفُ مَعْمُوْلٌ بِهِ إِذَا وَرَدْ * حُكْمٌ مِنَ الشََّرْعِ الشَّرِيْفِ لَمْ يُحَدّْ
مُعَاجِلُ الْمَحْظُوْرِ قَبْلَ آنِهِ * قَدْ بَاءَ بِالْخُسْرَانِ مَعْ حِرْمَانِهِ
وَإِنْ أَتَى التَّحْرِيْمُ فِيْ نَفْسِ الْعَمَلْ * أَوْ شَرْطِهِ فَذُوْ فَسَادٍ وَخَلَلْ
وَمُتْلِفُ مُؤْذِيْهِ لَيْسَ يَضْمَنُ * بَعْدَ الدِّفَاعِ بِالَّتِيْ هِيَ أحْسَنُ
وَأَلْ تُفِيْدُ كُلَّ فِي الْعُمُوْمِ * فِي الْجَمْعِ وَالأِفْرَادِ كَالْعَلِيْمِ
وَالنَّكِرَاتُ فِيْ سِيَاقِ النَّفْيِ * تُعْطِي الْعُمُوْمَ أَوْ سِيَاقِ النَّهْيِ
كَذَاكَ مَنْ وَمَا تُفِيْدَانِ مَعَا * كُلَّ الْعُمُوْمِ يَا أُخَيَّ فَاسْمَعَا
وَمِثْلُهُ المُفْرَدُ إِذْ يُضَافُ * فَافْهَمْ هُدِيْتَ الرُّشْدَ مَا يُضَافُ
وَلاَ يَتِمُّ الْحُكْمُ حَتَّى تَجْتَمِعْ * كُلُّ الشُّرُوْطِ وَالْمَوَانِعْ تَرْتَفِعْ
وَمَنْ أَتَى بِمَا عَلَيْهِ مِنْ عَمَلْ * قَدْ اسْتَحَقَّ مَا لَهُ عَلَى الْعَمَلْ
وَكُلُّ حُكْمٍ دَائِِرٌ مَعْ عِلَّتِهْ * وَهِيَ الَّتِي قَدْ أَوْجَبَتْ لِشِرْعَتِهْ
وَكُلُّ شَرْطٍ لاَزِمٌ لِلْعَاقِدِ * في الْبَيْعِ وَالنِّكَاحِ وَالْمَقَاصِدِ
إِلاَّ شُرُوْطًا حَلَّلَتْ مُحَرَّمَا * أَوْ عَكْسَهُ فَبَاطِلاَتٌ فَاعْلَمَا
تُسْتَعْمَلُ الْقُرْعَةُ عِنْدَ الْمُبْهَمِ * مِنَ الْحُقُوْقِ أَوْ لَدَى التَّزَاحُمِ
وَإِنْ تَسَاوَى الْعَمَلاَنِ اجْتَمَعَا * وَفِعْلُ إِحْدَاهُمَا فَاسْتَمِعَا
وَكُلُّ مَشْغُوْلٍ فَلاَ يُشَغَّلُ * مِثَالُهُ الْمَرْهُوْنُ وَالْمُسَبَّلُ
وَمَنْ يُؤَدِّ عَنْ أَخِيْهِ وَاجِبَا * لَهُ الرُّجُوْعُ إِنْ نَوَى يُطَالِبَا
وَالْوَازِعُ الطَّبْعِيّ عَنِ الْعِصْيَانِ * كَالْوَازِعِ الشَّرْعِيّ بِلاَ نُكْرَانِ
وَالْحَمْدُ لِلّه عَلَى التَّمَامِ * في الْبَدْءِ وَالْخِتَامِ وَالدَّوَامِ
ثُمَّ الصَّلاَةُ مَعْ سَلاَمٍ شَائِعِ * عَلَى النَّبِيّ وَصَحْبِهِ والتَّابِعِ
Kaidah-kaidah Fiqih
الحَمْدُ للهِ العَلِيِّ الأَرْفَقِ * وَجَامِعِ الأَشْيَاءِ وَ المُفَرِّقِ
Segala puji bagi Allah yang Maha Tinggi dan Maha Lembut .. Pengumpul dan Pemisah segala sesuatu
ذِي النِِّعَمِ الوَاسِعَةِ الغَزِيْرَةْ * وَالحِكَمِ البَاهِرَةِ الكَثِيْرَةْ
pemilik nikmat yang luas lagi melimpah serta hikmah yang bersinar lagi banyak
ثُمَّ الصَّلاَةُ مَعْ سَلاَمٍ دَائِمِ * عَلَى الرَّسُوْلِ القُرَشِيِّ الخَاتَمِ
kemudian semoga shalawat serta salam senantiasa atas Rasul penutup dari suku Quraisy
وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ الأَبْرَارِ * الحَائِزِيْ مَرَاتِبِ الفَخَارِ
atas keluarganya, sahabatnya yang baik yang mencapai tingkatan membanggakan
اِعْلَمْ هُدِيْتَ أَنَّ أَفْضَلَ الْمِنَنْ * عِلْمٌ يُزِيْلُ الشَّكَّ عَنْكَ وَ الدَّرَنْ
ketahuilah-semoga kamu diberi petunjuk-bahwa sebaik-baik anugerah adalah lmu yang menghilangkan keraguan dan keburukan
وَيَكْشِفُ الْحَقَّ لِذِيْ الْقُلُوْبِ * وَيُوْصِلُ الْعَبْدَ إِلَى الْمَطْلُوْبِ
serta menyingkap kebenaran bagi pemilik hati dan mengantarkan hamba kepada yang dicari
فَاحْرِصْ عَلَى فَهْمِكَ لِْلْقَوَاعِدِ * جَامِعَةِ الْمَسَائِلِ الشَّوَارِدِ
Maka bersemangatlah dalam mempelajari kaidah-kaidah (fiqh),
yang dapat mengumpulkan banyak masalah yg tidak menyatu
فَتَرْتَقِيْ فِي الْعِلْمِ خَيْرَ مُرْتَقَا * وَتَقْتَفِيْ سُبْلَ الَّذِيْ قَدْ وُفِقَا
Pelajarilah ilmu secara bertahap.. dan ikutilah jalan orang yang benar
وَهَذِهِ قَوَاعِدٌ نَظَمْتُهَا * مِنْ كُتْبِ أَهْلِ الْعِلْمِ قَدْ حَصَلْتُهَا
ini adalah kaidah-kaidah yang aku susun dari kitab-kitab ahli ilmu
جَزَاهُمُ الْمَوْلَى عَظِيْمَ الاَجْرِ * وَالْعَفْوَ مَعْ غُفْرَانِهِ وَالْبِرِّ
Semoga Allah membalas mereka dengan pahala yang besar serta ampunan dan kebaikan Nya
النِّيَّة شَرْطٌ لِسَائِرِ الْعَمَلْ * بِهَا الصَّلاَحُ وَالفَسَادُ لِلْعَمَلْ
Niat adalah syarat bagi semua amal.. Niat lah penentu baik dan rusak nya amal
الدِّيْنُ مَبْنِيٌّ عَلَى الْمَصَالِحِ * فِيْ جَلْبِهَا وَالدَّرْءِ لِلْقَبَائِحِ
Agama ini dibangun atas pengambilan maslahah dan penolakan mafsadah
فَإِنْ تَزَاحَمْ عَدَدُ الْمَصَالِحِ * يُقَدَّمُ الأَعْلَى مِنَ الْمَصَالِحِ
Apabila beberapa maslahat berbenturan, maka didahulukan yang paling utama maslahatnya
وَضِدُّهُ تَزَاحُمُ الْمَفَاسِدِ * مُرْتَكَبُ الأَدْنَى مِنَ الْمَفَاسِدِ
Sebaliknya, Jika beberapa mafsadah bebenturan maka ambillah yang paling kecil kerusakannya
وَمِنْ قَوَاعِدِ الشَّرِيْعَةِ التَّيْسِيْرُ * فِيْ كُلِّ أَمْرٍ نَابَهُ تَعْسِيْرُ
Diantara kaidah syara' kita adalah “memudahkan” pada setiap perkara yang terlihat sulit
وَلَيْسَ وَاجِبٌ بِلاَ اقْتِدَارِ * وَلاَ مُحَرَّمٌ مَعَ اضْطِرَارِ
Bukan lah suatu kewajiban jika tiada kemampuan dan tidak ada yang diharamkan saat darurat
وَكُلُّ مَحْظُوْرٍ مَعَ الضَّرُوْرَةْ * بِقَدْرِ مَا تَحْتَاجُهُ الضَّرُوْرَةْ
Setiap yang dilarang saat keadaan darurat (diperbolehkan) sekedar memenuhi kebutuhan daruratnya saja
وَتَرْجِعُ الأَحْكَامُ لِلْيَقِيْنِ * فَلاَ يُزِيْلُ الشَّكُّ لِلْيَقِيْنِ
Hukum itu dikembalikan pada keyakinan maka keraguan tidak dapat menghilangkan keyakinan
وَالأَصْلُ فِيْ مِيَاهِنَا الطَّهَارَةْ * وَالأَرْضِ وَالثِّيَابِ وَالحِجَارَةْ
Hukum asal air, tanah, pakaian, dan batu adalah suci
وَالأَصْلُ فِيْ الأَبْضَاعِ و اللُّحُوْمِ * وَالنَّفْسِ وَالأَمْوَالِ لِلْمَعْصُوْمِ
Hukum asal jima', daging, jiwa, dan harta bagi seorang muslim itu:
تَحْرِيْمُهَا حَتَّى يَجِيْئَ الْحِلُّ * فَافْهَمْ هَدَاكَ اللّهُ مَا يُمَلُّ
Hukumnya haram sampai datang yang menghalalkannya.. Maka pahamilah.. Semoga Allah memberimu petunjuk pada apa yang diharapkan..
وَالأَصْلُ فِي عَادَتِنَا الإِبَاحَةْ * حَتَّى يَجِيْئَ صَارِفُ الإِبَاحَةْ
Hukum asal adat istiadat adalah mubah sampai datang dalil yang merubah hukum mubahnya
وَلَيْسَ مَشْرُوْعًا مِنَ الأُمُوْرِ * غَيْرَ الَّذِيْ فِيْ شَرْعِنَا مَذْكُوْرِ
Setiap perkara yang dalam syariat tidak disebutkan maka tidak disyariatkan
وَسَائِلُ الأُمُوْرِ كَالْمَقَاصِدِ * واحْكُمْ بِهَذَا الْحُكْمِ للزَّوَائِدِ
Hukum wasilah / jalan menuju sesuatu itu seperti hukum tujuannya.. Ambillah hukum ini untuk tambahan..
وَالخَطَأْ وَالإِكْرَاهُ وَالنِّسْيَانُ * أَسْقَطَهُ مَعْبُوْدُنَا الرّحْمنُ
Salah, terpaksa, dan lupa itu dimaafkan oleh rabb yang kita sembah, Ar Rahman
لَكِنْ مَعَ الإِتْلاَفِ يَثْبُتُ الْبَدَلْ * وَيَنْتَفِي التَّأْثِيْمُ عَنْهُ وَالزَّلَلْ
akan tetapi jika disertai pelanggaran (hak manusia), ia wajib menggantinya dan berguguran lah dosa dan kesalahan
وَمِنْ مَسَائِلِ الأَحْكَامِ فِي التَّبَعْ * يَثْبُتُ لاَ إِذَا اسْتَقَلَّ فَوَقَعْ
Diantara hukum hukum fiqih adalah taba'[1], ia bisa tetap hukumnya (jika diikutkan dengan yang lain), meski hal itu tidak bisa ditetapkan bila berdiri sendiri
وَالْعُرْفُ مَعْمُوْلٌ بِهِ إِذَا وَرَدْ * حُكْمٌ مِنَ الشََّرْعِ الشَّرِيْفِ لَمْ يُحَدّْ
Urf (kebiasaan setempat) itu (boleh) dipergunakan jika terdapat hukum syariat yang tidak dibatasi
مُعَاجِلُ الْمَحْظُوْرِ قَبْلَ آنِهِ * قَدْ بَاءَ بِالْخُسْرَانِ مَعْ حِرْمَانِهِ
Orang yang menyegerakan hal yang dilarang sebelum waktunya itu sungguh memperoleh kerugian serta keharamannya
وَإِنْ أَتَى التَّحْرِيْمُ فِيْ نَفْسِ الْعَمَلْ *أَوْ شَرْطِهِ فَذُوْ فَسَادٍ وَخَلَلْ
Jika datang pengharaman (syariat) pada suatu amal atau pada syarat nya maka amal itu (pada hakikatnya) rusak dan tercela
وَمُتْلِفُ مُؤْذِيْهِ لَيْسَ يَضْمَنُ * بَعْدَ الدِّفَاعِ بِالَّتِيْ هِيَ أحْسَنُ
Orang yang merusak sesuatu yg mengganggunya, tidaklah menanggung akibatnya,
jika ia telah berusaha menolaknya dengan cara yg lebih bijaksana.
وَأَلْ تُفِيْدُ كُلَّ فِي الْعُمُوْمِ * فِي الْجَمْعِ وَالأِفْرَادِ كَالْعَلِيْمِ
dan “Al” pada jamak dan mufrad itu memberi faidah keumuman pada segala hal
وَالنَّكِرَاتُ فِيْ سِيَاقِ النَّفْيِ * تُعْطِي الْعُمُوْمَ أَوْ سِيَاقِ النَّهْيِ
Dan juga nakirah pada kalimat peniadaan dan larangan memberikan makna umum
كَذَاكَ مَنْ وَمَا تُفِيْدَانِ مَعَا * كُلَّ الْعُمُوْمِ يَا أُخَيَّ فَاسْمَعَا
Begitupula kata “مَنْ (siapa)” dan “ مَا(apa)”, keduanya memberikan makna umum wahai saudaraku.. maka dengarkanlah..
وَمِثْلُهُ المُفْرَدُ إِذْ يُضَافُ * فَافْهَمْ هُدِيْتَ الرُّشْدَ مَا يُضَافُ
dan contoh lainnya, kata mufrad jika diidhafahkan.. maka pahamilah semoga kamu diberi petunjuk
وَلاَ يَتِمُّ الْحُكْمُ حَتَّى تَجْتَمِعْ * كُلُّ الشُّرُوْطِ وَالْمَوَانِعْ تَرْتَفِعْ
Tidak sempurna suatu hukum sampai terpenuhi semua syarat nya dan hilang semua mawani' (pencegah) nya
وَمَنْ أَتَى بِمَا عَلَيْهِ مِنْ عَمَلْ * قَدْ اسْتَحَقَّ مَا لَهُ عَلَى الْعَمَلْ
Orang yang memenuhi syarat dari suatu amal, maka ia berhak mendapatkan balasan (pahala) nya
وَكُلُّ حُكْمٍ دَائِِرٌ مَعْ عِلَّتِهْ * وَهِيَ الَّتِي قَدْ أَوْجَبَتْ لِشِرْعَتِهْ
Setiap hukum itu terkait dengan 'illat yaitu sesuatu yang mewajibkan syariat suatu hukum
وَكُلُّ شَرْطٍ لاَزِمٌ لِلْعَاقِدِ * في الْبَيْعِ وَالنِّكَاحِ وَالْمَقَاصِدِ
Setiap syarat yang diajukan oleh pembuat akad dalam jual-beli, pernikahan, dan tujuan lain itu wajib (dipenuhi)
إِلاَّ شُرُوْطًا حَلَّلَتْ مُحَرَّمَا * أَوْ عَكْسَهُ فَبَاطِلاَتٌ فَاعْلَمَا
Kecuali syarat-syarat yang menghalalkan apa yang haram dan kebalikan nya maka ketahuilah bahwa ini syarat yang bathil
تُسْتَعْمَلُ الْقُرْعَةُ عِنْدَ الْمُبْهَمِ * مِنَ الْحُقُوْقِ أَوْ لَدَى التَّزَاحُمِ
Undian itu (boleh) digunakan ketika ada hak-hak yang samar atau banyaknya orang
وَإِنْ تَسَاوَى الْعَمَلاَنِ اجْتَمَعَا * وَفِعْلُ إِحْدَاهُمَا فَاسْتَمِعَا
Jika ada dua amal sejenis yang berkumpul maka cukup sekali dilakukan.. perhatikanlah..
وَكُلُّ مَشْغُوْلٍ فَلاَ يُشَغَّلُ * مِثَالُهُ الْمَرْهُوْنُ وَالْمُسَبَّلُ
Setiap hal yang sedang dalam proses tidak boleh diproses contohnya benda yang digadai atau diwakafkan
وَمَنْ يُؤَدِّ عَنْ أَخِيْهِ وَاجِبَا * لَهُ الرُّجُوْعُ إِنْ نَوَى يُطَالِبَا
Orang yang memiliki kewajiban (hutang) dari saudaranya, maka ia wajib mengembalikkannya jika saudaranya berniat memintanya
وَالْوَازِعُ الطَّبْعِيّ عَنِ الْعِصْيَانِ * كَالْوَازِعِ الشَّرْعِيّ بِلاَ نُكْرَانِ
Tidak ada yg mengingkari, bahwa dorongan tabiat untuk meninggalkan maksiat
Itu seperti dorongan syariat untuk meninggalkannya
وَالْحَمْدُ لِلّه عَلَى التَّمَامِ * في الْبَدْءِ وَالْخِتَامِ وَالدَّوَامِ
Segala puji bagi Allah di permulaan dan di penutupan serta setiap saat..
ثُمَّ الصَّلاَةُ مَعْ سَلاَمٍ شَائِعِ * عَلَى النَّبِيّ وَصَحْبِهِ والتَّابِعِ
Kemudian shalawat serta salam semoga tercurah atas Nabi, Sahabat, dan Tabi'in
[كتابُ الصلاةِ]
فَصْلٌ
أَعْذَارُ الصَّلاةِ اثْنَانِ:
1- النَّوْمُ.
2- وَالنِّسْيَانُ.
Bab II: Shalat
Pembahasan Pertama: Udzur Shalat
Udzur shalat ada dua:
1- Tidur
2- Lupa
فَصْلٌ
شُرُوْطُ الصَّلاَةِ ثَمَانِيَةٌ:
1- طَهَارَةُ الْحَدَثَيْنِ.
2- وَالطَّهَارَةُ عَنِ النَّجَاسَةِ فِيْ الثَّوْبِ وَالْبَدَنِ وَالْمَكَانِ.
3- وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ.
4- وَاسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ.
5- وَدُخُوْلُ الْوَقْتِ.
6- وَالْعِلْمُ بِفَرْضِيَّتِهَا.
7- وَأَنْ لاَ يَعْتَقِدَ فَرْضَاً مِنْ فُرُوْضِهَا سُنَّةً.
8- وَاجْتِنَابُ الْمُبْطِلاَتِ.
Pembahasan Kedua: Syarat Sah Shalat
Syarat sah shalat ada delapan, yaitu:
1. Suci dari hadats besar dan kecil.
2. Suci pakaian, badan dan tempat dari najis.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap kiblat.
5. Masuk waktu sholat.
6. Mengetahui rukun-rukan sholat.
7. Tidak meyakini bahwa diantara rukun-rukun sholat sebagai sunnah
8. Menjauhi semua yang membatalkan sholat.
الأَحْدَاثُ اثْنَانِ: أَصْغَرُ، وَأَكْبَرُ فَالأَصْغَرُ: مَا أوْجَبَ الْوُضُوْءَ. وَالأَكبَرُ: مَا أَوْجَبَ الْغُسْلَ.
Hadats Besar dan Hadats Kecil
Hadats ada dua macam, yaitu: Hadats Kecil dan Hadats Besar.
Hadats kecil adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu’, sedangkan hadats besar adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk mandi.
الْعَوْرَاتُ أَرْبَعٌ:
1- عَوْرَةُ الرَّجُلِ مُطْلَقَاً وَالأَمَةِ فِيْ الصَّلاَةِ مَا بَيْنَ السُّرَةِ والرُّكْبَةِ.
2- وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ فِيْ الصَّلاَةِ: جَمِيْعُ بَدَنِهَا مَا سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ.
3- وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ وَالأَمَةِ عِنْدَ الأَجَانِبِ: جَمِيْعُ الْبَدَنِ.
4- وَعِنْدَ مَحَارِمِهمَا وَالنِّسَاءِ: مَا بَيْنَ السُّرَةِ وَالرُّكْبَةِ.
Batasan Aurat Laki-laki dan wanita
Aurat ada empat macam, yaitu:
1. Aurat semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat adalah antara pusar dan lutut.
2. Aurat perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan.
3. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan muhrim), yaitu seluruh badan.
4. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimya dan perempuan, yaitu antara pusar dan lutut.
فَصْلٌ
أَرْكَانُ الصَّلاَةِ سَبْعَةَ عَشَرَ:الأَوَّلُ: النِّيَّةُ.الثَّانِيْ: تَكْبِيْرةُ الإِحْرَامِ.الثَّالِثُ: الْقِيَامُ عَلَى القَادِرِ فِيْ الْفَرْضِ.الرَّابعُ: قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ.الْخَامِسُ: الرَّكُوْعُ.السَّادِسُ: الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.السَّابعُ: الاعْتِدَالُ.الثَّامِنُ: الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.التَّاسِعُ: السُّجُوْدُ مَرَّتَيْنِ.الْعَاشِرُ: الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.الْحَادِيْ عَشِرَ: الْجُلُوْسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ.الثَّانِيْ عَشَرَ: الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.الثَّالِثَ عَشَرَ: التَّشَهُّدُ الأَخِيْرُ.الرَّابعَ عَشَرَ: الْقُعُوْدُ فِيْهِ.الْخَامِسَ عَشَرَ: الصَّلاَةُ عَلَىَ النَّبِيِّ فِيْهِ.السَّادِسَ عَشَرَ: السَّلاَمُ.السَّاِبَعَ عَشَرَ: التَّرْتِيْبُ.
Pembahasan Ketiga: Rukun-rukun Shalat
Rukun sholat ada tujuh belas, yaitu:
1. Niat.
2. Takbiratul ihram (mengucapkan “Allahuakbar”).
3. Berdiri bagi yang mampu pada shalat fardhu
4. Membaca Surat Al Fatihah.
5. Ruku’
6. Thuma’ninah (diam sejenak) waktu ruku’.
7. I’tidal (berdiri setelah ruku’).
8. Thuma’ninah (diam sejenak waktu i’tidal).
9. Bersujud dua kali.
10. Thuma’ninah (diam sejenak waktu sujud).
11. Duduk diantara dua sujud.
12. Thuma’ninah (diam sejenak ketika duduk).
13. Tasyahud (tahiyyat) akhir.
14. Duduk di waktu tasyahud akhir.
15. Bershalawat kepada nabi ketika tasyahhud akhir.
16. Salam
17. Tertib (berurutan).
فَصْلٌ
النِّيَّةُ ثَلاَثُ دَرَجَاتٍ:
1-إنْ كَانَتِ الصَّلاَةُ فَرْضَاً. وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ، وَالتَّعْيِيْنُ، وَالْفَرْضِيَّةُ. و2- إِنْ كَانَتْ نَافِلَةً مُؤقَّتَةً؛ كَرَاتِبَةٍ، أَوْ ذَاتِ سَبَبٍ. وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ، وَالتَّعْيِيْنُ.وَ3- إِنْ كَانَتْ نَافِلَةً.. وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ فَقَطْ. الْفِعْلُ: أُصَلِّيْ. وَالتَّعْيِيْنُ: ظُهْرَاً، أَوْ عَصْرَاً. وَالْفَرْضِيَّةُ: فَرْضَاً.
Pembahasan Keempat: Tata Cara Niat
Niat itu ada tiga derajat, yaitu:
1. Jika sholat yang dikerjakan adalah shalat fardhu, maka diwajibkan untuk memaksudkan fi'il, ta’yin dan fardhiyah
2. Jika sholat yang dikerjakan adalah shalat sunnah yang memiliki waktu tertentu -seperti shalat sunnah rawatib - atau sebab tertentu, maka diwajibkan untuk memaksudkan fi'il dan ta'yin saja.
3. Jika sholat yang dikerjakan adalah shalat sunnah (muthlaq: tanpa sebab), maka diwajibkan memaksudkan fi'il saja.
Maksud dari Fi’il adalah lafal: “أُصَلِّيْ” (aku niat shalat), Ta’yin adalah seperti: “ظُهْرَاً” (dzuhur) atau “عَصْرَاً” (ashar). Adapun yang dimaksud dengan fardhiyah adalah lafal: “فَرْضَاً” (wajib).
فَصْلٌ:شُرُوْطُ تَكْبِيْرَةِ الإِحْرامِ سِتَّةَ عَشَرَ:
1- أَنْ تَقَعَ حَالَةَ الْقِيَامِ فِيْ الْفَرْضِ.
2- وَأَنْ تَكُوْن بِالْعَرَبِيَّةِ.
3&4 - وَأَنْ تَكُوْنَ بِلَفْظِ الْجَلاَلَةِ وَلَفْظِ أَكْبَرُ
5- وَالتَّرْتِيْبُ بَيْنَ اللَّفْظَيْنِ.
6- وَأَنْ لاَ يَمُدَّ هَمْزَةَ الْجَلاَلَةِ
7- وَعَدَمُ مَدِّ بَاءِ أَكْبَرُ .
8- وَأَنْ لاَ يُشَدِّدَ الْبَاءَ
9- وَأَنْ لاَ يَرِيْدَ وَاوَاً سَاكِنَةً، أَوْ مُتَحَرِّكَةً بَيْنَ الْكَلِمَتَيْنِ.
10-وَ أَنْ لاَ يَزِيْدَ وَاوَاً قَبْلَ الْجَلاَلةِ
11- وَأَنْ لاَ يَقِفَ بَيْنَ كَلِمَتَيِ التَّكْبِيْرِ وَقْفَةً طَوِيْلَةً وَلاَ قَصِيْرَةً.
12- أَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ جَمِيْعَ حُرُوْفِهَا
13- وَدُخُوْلُ الْوَقْتِ فِيْ الْمُؤَقَّتِ.
14- وَإِيْقَاعُهَا حَالَ الاسْتِقْبَال.
15- وَأَنْ لاْ يُخِلَّ بِحَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِهَا.
16- وَتَأْخِيْرُ تَكُبِيْرَةِ الْمَأمُوْمِ عَنْ تَكْبِيْرَةِ الإِمَام.
Pembahasan Kelima: Syarat Takbiratul Ihram
Syarat takbirotul ihrom ada enam belas, yaitu:
1. Dilakukan dalam keadaan berdiri jika shalat fardhu
2. Diucakpkan dengan bahasa Arab
3. Menggunakan lafal “Allah”.
4. Menggunakan lafal “Akbar”.
5. Berurutan antara dua lafal tersebut.
6. Tidak memanjangkan huruf “Hamzah” dari lafal “Allah”.
7. Tidak memanjangkan huruf “Ba” dari lafal “Akbar”.
8. Tidak mentaysdidkan huruf “Ba” tersebut.
9. Tidak menambahkan huruf “Waw berharakat” atau “waw sukun” diantara dua lafal tersebut
10. Tidak menambah huruf “Waw” sebelum lafal “Allah”.
11. Tidak berhenti antara dua kata tersebut baik lama maupun sebentar
12. Ucapan “Allahu Akbar” dapat didengar oleh dirinya sendiri.
13. Masuk waktu sholat jika shalat tersebut memiliki waktu tertentu.
14. Mengucapkan takbiratul ihram sambil menghadap qiblat.
15. Tidak salah dalam mengucapkan salah satu dari huruf kalimat tersebut.
16. Takbiratul ihram ma’mum harus dilakukan sesudah takbiratul ihram sang imam.
فَصْلٌ
شُرُوْطُ الْفَاتِحَةِ عَشَرَةٌ:
1- التَّرْتِيْبُ.
2- وَالْمُوَالاَةُ
3- وَمُرَاعَاةُ حُرُوْفِهَا.
4- وَمُرَاعَاةُ تَشْدِيْدَتِهَا.
5- وَأَنْ لاَ يَسْكُتَ سَكْتَةً طَوِيْلَةً، وَلاَ قَصِيْرَةً يَقْصِدُ بِهَا قَطْعَ الْقِرَاءَةِ.
6- وَقِرَاءَةُ كُلِّ آيَاتِهَا، وَمِنْهَا الْبَسْمَلَةُ.
7- وَعَدَمُ اللَّحْنِ الْمُخِلِّ بِالْمَعْنَى
8- وَأَنْ تَكُوْنَ حَالَةَ الْقِيَامِ فِيْ الْفَرْضِ.
9- وَأَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ الْقِرَاءَةَ.
10-وَ أَنْ لاَ يَتَخَلَّلَهَا ذِكْرٌ أَجْنَبِيٌّ.
Pembahasan Keenam: Syarat Sah Membaca Surat Al FatihahSyarat-syarat membaca surat Al Fatihah ada sepuluh, yaitu:
1. Tertib (sesuai urutan ayatnya).
2. Terus menerus (tanpa terputus oleh perbuatan lain).
3. Memperhatikan huruf-hurufnya (makhraj) serta tempat-tempat tasydid.
4. Memperhatikan tasydid-tasydidnya
5. Tidak lama terputus antara ayat-ayat Al Fatihah ataupun terputus sebentar dengan niat memutuskan bacaan.
6. Membaca semua ayat Al Fatihah dan basmalah termasuk salah satu ayat Al Fatihah.
7. Tidak menggunakan lahn (nada/irama bacaan) yang dapat merubah makna.
8. Memabaca surat Al Fatihah dalam keaadaan berdiri ketika sholat fardhu.
9. Memperdengarkan bacaan Al Fatihah untuk dirinya sendiri.
10. Tidak terganggu oleh dzikir orang lain.
فَصْلٌ
تَشْدِيْدَاتُ الْفَاتِحَةِ أَرْبَعَ عَشَرَةَ:
1- بِسْمِ اللهِ فَوْقَ الَّلامِ.
2- الرَّحْمنِ فَوْقَ الرَّاءِ.
3- الرَّحِيْمِ فَوْقَ الرَّاءِ.
4- الْحَمْدُ للهِ فَوْقَ لاَمِ الْجَلاَلَةِ.
5- رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَوْقَ الْبَاءِ.
6- الرَّحْمنِ فَوْقَ الرَّاءِ.
7- الرَّحِيْمِ فَوْقَ الرَّاءِ.
8- مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ فَوْقَ الدِّالِ.
9- إِيَّاكَ نَعْبُدُ فَوْقَ الْيَاءِ.
10- إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ فَوْقَ الْيَاءِ.
11- إِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقٍيْمَ فَوْقَ الصَّادِ.
12- صِرَاطَ الَّذِيْنَ فَوْقَ اللاَّمِ.
13&14- أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ فَوْقَ الضَّادِ وَاللاَّمِ.
Pembahasan Ketujuh: Tasydid Pada Surat Al Fatihah
1. Tasydid huruf “Lam” jalalah pada lafal ( بِسْمِ اللهِ ).
2. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal ( الرَّحْمنِ) .
3. Tasydid huruf “Ra’” pada lapal (الرَّحِيْمِ).
4. Tasydid “Lam” jalalah pada lafal ( الْحَمْدُ للهِ).
5. Tasydid huruf “Ba’” pada kalimat ( رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ).
6. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (الرَّحْمنِ ).
7. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (الرَّحِيْمِ).
8. Tasydid huruf “Dal” pada lafal (مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ).
9. Tasydid huruf “Ya’” pada kalimat (إِيَّاكَ نَعْبُدُ).
10. Tasydid huruf “Ya” pada kalimat ( إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ ).
11. Tasydid huruf “Shad” pada kalimat ( إِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقٍيْمَ).
12. Tasydid huruf “Lam” pada kalimat ( صِرَاطَ الَّذِيْنَ ).
13 & 14. Tasydid “Dhad” dan “Lam” pada kalimat (أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ).
فَصْلٌ
يُسَنُّ رَفْعُ الْيَدَيْنِ فِيْ أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ:
1- عِنْدَ تَكْبِيْرَةِ الإِحْرَامِ.
2- وَعِنْدَ الرُّكُوْعِ.
3- وَعِنْدَ الإِعْتِدَالِ.
4- وَعِنْدَ الْقِيَامِ مِنْ التَشَهُدِ الأَوَّلِ.
Pembahasan Kedelapan: Kapan kita mengangkat tangan dalam shalat?
Tempat yang disunahkan mengangkat tangan ketika shalat ada empat, yaitu:
1. Ketika takbiratul ihram.
2. Ketika ruku’.
3. Ketika bangkit dari ruku’ (I’tidal).
4. Ketika bangkit dari tasyahhud awal.
فَصْلٌ
شُرُوْطُ السُّجُوْدِ سَبْعَةٌ:
1- أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْضَاءٍ.
2- وَأَنْ تَكُوْنَ جَبْهَتَهَ مَكْشُوْفَةٍ.
3- وَالتَّحَامُلُ بِرَأْسِهِ.
4- وَعَدَمُ الْهُوِيِّ لِغَيْرِهِ.
5- وَأَنْ لاَ يَسْجُدَ عَلَى شَيْءٍ يَتَحَرَّكُ بِحَرَكَتِهِ.
6- وَارْتِفَاعُ أَسَافِلِهِ عَلَى أَعَالَيْهِ.
7- وَالطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ.
Pembahasan Kesembilan: Syarat Sah Sujud
Syarat sah sujud ada tujuh, yaitu:
1. Sujud dengan tujuh anggota sujud.
2. Dahi terbuka (tidak ada yang menutupi dahi).
3. Menekan berat ke kepala.
4. Tidak ada maksud lain kecuali sujud.
5. Tidak sujud ke tempat sujud yang bergerak jika ia bergerak.
6. Mengankat bagian bawah (punggung) melebihi bagian atas (kepala)
7. Thuma’ninah (berhenti sejenak) pada sujud.
خَاتِمَةٌ
أَعْضَاءُ السُّجُوُدِ سَبْعَةٌ:
1- الْجَبَهَةُ.
2&3- بُطُوْنُ أَصَابعِ الْكَفَّيْنِ.
4&5- الرُّكْبَتَانِ.
6&7- بُطُوْنُ أًصَابعِ الرَّجْلَيْنِ.
Penutup (Masalah Sujud)
Anggota tubuh yang wajib di letakkan di tempat sujud ada tujuh, yaitu:
1. Dahi.
2. Telapak tangan kanan.
3. Telapak tangan kiri.
4. Lutut kaki kanan.
5. Lutut kaki kiri.
6. Telapak jari-jari kaki kanan.
7. Telapak jari-jari kaki kiri.
فَصْلٌ
تَشْدِيْدَاتُ التَّشَهُّدِ إِحْدَى وَعِشْرُوْنَ: خَمْسٌ فِيْ أَكْمَلِهِ، وَسِتَّ عَشْرَةَ فِيْ أَقَلِّهِ.
1- & 2- التَّحِيَّاتُ: عَلَى التَّاءِ وَالتَاءِ.
3- الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ عَلَى الصَّادِ.
4- &5- الطَّيِّبَاتُ: عَلَى الطَّاءِ وَالْيَاءِ.
6- للهِ :عَلَى لاَمِ الْجَلاَلَةِ.
7- السَّلاَمُ : عَلَى السِّيْنِ.
8- & 9- &10- عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ عَلَى الْيَاءِ، وَالنُّوْنِ، وَاليَاءِ.
11- وَرَحْمَةُ اللهِ عَلَى لاَمِ الْجَلاَلَةِ.
12- وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَى السِّنْنِ.
13- عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ : عَلَى لاَمِ الْجَلاَلةِ.
14- الصَّالِحِيْنَ : عَلَى الصَّادِ.
15- أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ : عَلَى لاَمِ أَلفٍ.
16- & 17- إلاَّ اللهُ : عَلَى لاَمِ أَلِفٍ وَلاَمِ الْجَلاَلَةِ.
18- وَأَشْهَدُ أَنَّ : عَلَى النُّوْنِ.
19- &20- &21- مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ : عَلَى مِيْمِ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى الرَّاءِ، وَعَلَى لاَمِ الْجَلاَلَةِ.
Pembahasan Kesepuluh: Tasydid Pada Tasyahhud Akhir
Dalam kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu tasydid, lima diantaranya ada pada bacaan tasyahhud yang sempurna (termasuk bacaan sunnah) dan enam belas di antaranya ada pada bacaan tasyahhud yang minimal harus dibaca (wajib), yaitu:
1. “Attahiyyat”: tasydid terletak di huruf “Ta’”.
2. “Attahiyyat”: di huruf “Ya’”.
3. “Almubarakatusshalawat”: di huruf “Shad”.
4. “Atthayyibaat”: di huruf “Tha’”.
5. “Atthayyibaat”: di huruf “ya’”.
6. “Lillaah”: di “Lam” jalalah.
7. “Assalaam”: di huruf “Sin”.
8. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11. “Warohmatullaah”: di “Lam” jalalah.
12. “Wabarakatuh, assalaam”: di huruf “Sin”.
13. “Alainaa wa’alaa I’baadillah”: di “Lam” jalalah.
14. “Asshalihiin”: di huruf shad.
15. “Asyhaduallaa”: di “Lam alif”.
16. “Ilaha Illallaah”: di “Lam alif”.
17. “Illallaah”: di “Lam” jalalah.
18. “Waasyhaduanna”: di huruf “Nun”.
19. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Mim”.
20. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Ra’”.
21. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Lam” jalalah.
فَصْلٌ
تَشْدِيْدَاتُ أَقَلِّ الصَّلاةِ عَلَى النَّبِيِّ أَرْبَعٌ:
1- اللًّهُمَّ : عَلَى اللاَّمِ وّالمِيْمِ.
2- صَلِّ : عَلَى اللاَّمِ.
3- عَلَى مُحَمَّدٍ : عَلَى الْمِيْمِ.
Pembahasan Kesebelas: Tasydid pada Ucapan Shalawat pada Tasyahhud
Harakat tasydid yang ada di kalimat shalawat nabi yang wajib ada empat, yaitu:
1 & 2. “Lam” dan “Mim” di lafal “Allahumma”.
3. “Lam” di lafal “Shalli”.
4. “Mim” di lafal “Muhammad”.
فَصْلٌ
أَقَلُّ السَّلاَمِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ تَشْدِيْدُ السَّلاَمِ عَلَى السِّيْنِ
Pembahasan Kedua Belas: Lafal Salam pada Tasyahhud Akhir
Lafal Salam pada tasyahhud akhir yang paling minimal adalah “Assalaaamu'alaikum”. Terdapat tasydid pada huruf sin dari lafal “Assalaamu”.
Langganan:
Postingan (Atom)